Kekuatan Transformatif Musik dalam Kesejahteraan Mental – Musik selalu mendapat tempat khusus dalam kehidupan kita, menjadi bagian integral dari budaya manusia selama berabad-abad. Baik kita secara pasif mendengarkan lagu favorit atau secara aktif terlibat dalam pembuatan musik dengan menyanyi atau memainkan alat musik, musik dapat memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sosio-emosional dan kesejahteraan kita secara keseluruhan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa keterlibatan musik tidak hanya membentuk identitas pribadi dan budaya kita tetapi juga berperan dalam pengaturan suasana hati. Tinjauan dan meta-analisis terapi musik pada tahun 2022 menemukan efek menguntungkan secara keseluruhan pada hasil yang berhubungan dengan stres. Selain itu, musik dapat digunakan untuk membantu mengatasi gangguan kesehatan mental dan penggunaan narkoba yang serius. Selain potensi penyembuhannya, musik dapat memperbesar pesan keberagaman dan inklusi dengan memperkenalkan budaya baru dan memperkuat suara komunitas yang terpinggirkan. meningkatkan pemahaman dan apresiasi kita terhadap komunitas yang beragam.
Menyembuhkan Trauma dan Membangun Ketahanan
Banyak kelompok yang secara historis terpinggirkan, seperti kelompok minoritas ras/etnis dan seksual serta penyandang disabilitas, menghadapi ketidakadilan sistemik dan pengalaman traumatis yang dapat berdampak besar pada kesehatan mental mereka. Penelitian mendukung gagasan bahwa diskriminasi, sejenis trauma, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. https://pafikebasen.org/
Terapi musik menjanjikan dalam menyediakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk penyembuhan trauma dan membangun ketahanan sekaligus mengurangi tingkat kecemasan dan meningkatkan fungsi individu yang mengalami depresi. Terapi musik adalah intervensi terapeutik berbasis bukti yang menggunakan musik untuk mencapai tujuan kesehatan dan pendidikan, seperti meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stres, dan mengurangi rasa sakit. Terapi musik ditawarkan di lingkungan seperti sekolah dan rumah sakit. Penelitian mendukung bahwa terlibat dalam aktivitas pembuatan musik, seperti bermain drum, menulis lagu, atau bernyanyi berkelompok, dapat memfasilitasi pelepasan emosi, mendorong refleksi diri, dan menciptakan rasa kebersamaan. .

Pemberdayaan, Advokasi dan Perubahan Sosial
Musik memiliki sejarah yang kaya dalam penggunaannya sebagai alat advokasi dan perubahan sosial. Seniman dari komunitas marginal sering menggunakan musik untuk menyoroti isu-isu sosial (.pdf), menentang ketidakadilan, dan menginspirasi aksi kolektif. Dengan membahas topik-topik seperti ketidaksetaraan rasial, diskriminasi gender, dan hak-hak LGBTQ+, musik menjadi media yang ampuh untuk mengadvokasi keadilan sosial dan mendorong inklusivitas. Melalui musik, individu dapat mengekspresikan pengalaman unik, perjuangan, dan kemenangan mereka, menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki latar belakang serupa. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan genre musik dan artis yang beragam dapat memperluas perspektif, menantang stereotip, dan menumbuhkan empati di antara pendengar terutama saat menari bersama.
Genre seperti hip-hop, reggae, jazz, blues, rhythm & blues, dan folk secara historis berfungsi sebagai platform bagi suara-suara yang terpinggirkan, memungkinkan mereka untuk mendapatkan kembali narasi mereka dan menantang norma-norma masyarakat. Dampak dari musik yang memiliki kesadaran sosial telah diamati dalam gerakan-gerakan seperti hak-hak sipil, feminisme, dan hak-hak LGBTQ+, di mana lagu-lagu telah memainkan peran penting dalam memobilisasi komunitas dan mempengaruhi perubahan. Artis musik yang terlibat dalam aktivisme dapat menjangkau pendukung baru dan membantu penggemarnya merasa lebih terhubung dengan suatu isu dan termotivasi untuk berpartisipasi.
membina Hubungan dan Dukungan Sosial
Musik juga dapat berfungsi sebagai katalis untuk hubungan dan dukungan sosial, meruntuhkan hambatan dan menjembatani kesenjangan. Bukti yang muncul menunjukkan bahwa musik berpotensi meningkatkan perilaku prososial, meningkatkan keterhubungan sosial, dan mengembangkan kompetensi emosional. Komunitas dapat memanfaatkan kemampuan bawaan musik untuk menghubungkan orang-orang dan menumbuhkan rasa memiliki melalui program musik, paduan suara, dan inisiatif pendidikan musik. Kegiatan-kegiatan ini dapat menciptakan ruang inklusif di mana orang-orang dari berbagai latar belakang dapat berkumpul, berkolaborasi, dan membangun hubungan berdasarkan minat musik yang sama. Pengalaman-pengalaman ini meningkatkan kohesi sosial, memerangi kesepian, dan menyediakan jaringan dukungan yang positif

Musisi dan Normalisasi Kesehatan Mental
Mengingat efek penyembuhan dari musik, mungkin tampak paradoks bahwa musisi mempunyai risiko lebih tinggi terkena gangguan kesehatan mental. Survei terbaru terhadap 1.500 musisi independen menemukan bahwa 73% memiliki gejala penyakit mental. Hal ini mungkin disebabkan oleh tantangan fisik dan psikologis dari profesi tersebut. Para peneliti di Institut Max Planck untuk Estetika Empiris di Jerman menemukan bahwa orang yang aktif bermusik rata-rata memiliki risiko genetik lebih tinggi untuk mengalami depresi dan gangguan bipolar.
Patut dipuji karena banyak artis seperti Adele, Alanis Morrisette, Ariana Grande, Billie Eilish, Kendrick Lamar, Kid Cudi, dan Demi Lovato telah angkat bicara tentang perjuangan mereka dalam menjaga kesehatan mental, mulai dari depresi pascapersalinan hingga keinginan untuk bunuh diri. Dengan adanya artis dan selebritas ternama yang berbagi pengalaman hidup mereka telah membuka pembicaraan tentang pentingnya kesehatan mental. Hal ini dapat membantu melawan stigma yang terkait dengan pencarian pengobatan dan dukungan.
Regina James (Kepala Divisi Keanekaragaman dan Kesetaraan Kesehatan dan Wakil Direktur Medis APA) mencatat “Bagikan kisah Anda…bagikan lagu Anda dan mari saling membantu menormalkan percakapan seputar kesehatan mental melalui pengaruh musik. Artis favorit saya untuk relaksasi adalah pemain saksofon jazz, “Grover Washington Jr” …apa milik Anda?”